Back to Nature inilah istilah yang sering kita dengar kalau kita ingin kembali pada awal hidupnya manusia, kembali kepada hal yang alami maka kembali kepada fitrahnya manusia, yaitu dengan melakukan tindakan atau kegiatan yang memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup.
Menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup dijawantahkan dalam suatu kegiatan sosial karena memang manusia adalah makhluk sosial. Kepedulian kepada sesamanya untuk saling tolong menolong, menjaga norma-norma kehidupan beragama dan kelestarian budaya Indonesia menjadikan setiap kita berupaya untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Untuk itulah dengan keyakinan yang tinggi dalam berupaya dan berbuat yang terbaik untuk bangsa, maka lahirlah Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) yang merupakan suatu gerakan untuk mewujudkan Indonesia sehat jiwa dan raga.
Berdirinya Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) adalah suatu keharusan yang harus didukung oleh setiap warga Indonesia apapun status sosialnya yang telah didirikan pada tanggal 10 Nopember 2007 dengan proses perjuangan yang cukup melelahkan dan kesabaran yang tinggi, maka pada tanggal 20 Juni 2008 ABI telah dikukuhkan dengan Akte Notaris Ummu Imamah, SH. No.2.
Berbagai upaya telah dilakukan agar peran ABI dapat di rasakan oleh masyarakat, maka untuk pertama kali Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) mengadakan Rakernas ke- 1 di Hotel Bumi Wiyata Depok pada Tanggal 24-25 Sya’ban 1429 H / 26-27 Agustus 2008 M yang Alhamdulillah di hadiri lebih dari 250 perserta dari berbagai utusan daerah.
Dengan didasari kesungguhan dan ketulusan hati maka Rakernas ABI ke 1 bertemakan :
“ Bersama menghidupkan sunnah melayani ummat menuju Indonesia sehat Jiwa dan Raga” acara Rakernas ABI di buka oleh Dirjen Bina Kesehatan Komunitas DEPKES RI. Dr. Bambang Sardjono, MPH., Dalam sambutannya mengatakan bahwa“ Peran asosiasi atau organisasi profesi pengobatan tradisional seperti ABI diharapkan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyrakat menuju Indonesia sehat 2010’. Sejalan dengan tema Rakernas ABI pada sesi Pembekalan yang disampaikan oleh Ust. H. Abdul Fattah seorang pemerhati / praktisi Pengobatan Nabi (Ath-Thibbun Nabawi) mengatakan dengan mengutip sambutan Presiden RI pada Kongres Umat Islam IV tahun 2005 “ Ummat Islam harus cerdas memanfaatkan potensi besar yang ada dalam ajarannya, untuk merespon perubahan zaman. Dan Saatnya Dunia Berubah yang dikutip dari judul buku DR.Dr.Siti Fadilah Supari, SP.JP (K) menteri Kesehatan RI., maka apabila pemerintah menyadari dan memanfaatkan potensi ummat Islam untuk mengatasi kegagalan yang sangat mendasar yang menjadi program prioritas di pelbagai Negara yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Maka kelahiran ABI merupakan tonggak sejarah yang harus terukir kembali sebagai sumbangsi ummat Islam untuk ikut berperan dalam membantu program pemerintah Menuju Indonesia Sehat 2010.
Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) yang merupakan wadah para praktisi dan pengobatan Bekam dari berbagai pelosok bumi Nusantara yang mandiri dan telah berperan aktif untuk menyehatkan bangsa, ini sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan “ Masyarakat Mandiri untuk hidup sehat “ dengan Misi “ Membuat Rakyat Sehat ” maka tentunya apabila Asosiasi Bekam Indonesia dijadikan pilihan handal dalam mensukseskan program pemerintah, adalah suatu hal yang tidak mustahil “ Indonesia sehat 2010 ” insya Allah akan dapat dicapai sebelum tahun 2010.
Akselerasi penyehatan bangsa bersama sunnah diwujudkan dengan meningkatkan qualitas sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan pelatihan kepada setiap anggotanya dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan secara holistic yang telah dicanangkan oleh WHO “ Health is a complete state of Physical, Mental, Social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Atau menurut Undang-Undang RI No. 9 tahun 1960 : “ Sehat atau kesehatan adalah keadaan meliputi kesehatan Badan ( Jasmani), Rohani (mental), sosial (moral) dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat atau lemah.
Pada sesi pembekalan yang ke 2 Prof.DR.dr Dede Kusmana yang juga sebagai penasehat ABI, mengatakan bahwa Penyakit Jantung adalah pembunuh No. 1 di dunia dan di Indonesia mencapai pringkat pertama, salah satu penyebab utama adalah kebiasaan merokok, maka bisa jadi penyakit penyakit kronis yang dalam dunia medis tidak mampu ditangani, maka dengan bekam yang merupakan pengeluaran darah dari permukaan kulit dan senyawa-senyawa toxin pada tubuh manusia sehingga tubuh akan memberikan reaksi balik yang positif untuk meningkatkan kekebalan tubuh manusia.
Subhannallah.. Allahu Akbar, Rakernas ABI ke 1 ini mendapatkan respon yang luar biasa tidak hanya dikalangan praktisi dan para pengobat Bekam saja yang hadiri, akan tetapi lebih dari 27 Orang para medis/ para dokter dari pelbagai wilayah Indonesia juga hadir untuk memberikan dukungan dan saran-saran inovatif, sehingga ABI akan dapat diterima dari berbagai disipilin Ilmu, kalangan dan masyarakat, yang pada akhirnya Asosiasi Bekam Indonesia ini menjadi pilihan utama sebagai methode pengobatan alami.
Rakernas ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustadz. H.Muhammad Arifin Ilham yang menekankan bahwa ABI adalah merupakan sarana/ladang kita untuk berda’wah, jadikanlah apapun keahlian yang kita miliki sebagai daya tarik dan bukan daya tarif. Karena pengobatan ini merupakan pengobatan utama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, maka seyogyanya para pengamal/penterapi mengikuti suri tauladan dan akhlaq Nabi kita Muhammad SAW. Sehingga dalam menghidupkan sunnah Rasulullah SAW tidak adalagi saling menjatuhkan atau menjelekkan sesama para penterapy.
Dengan mengutip firman Allah : ” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “( Ar-a’d : 11). Mari “ Ibda binafsik “ mulai dari diri kita, saudara kita, lingkungan kita dan bangsa kita untuk melakukan perubahan, perubahan kepada konsep-konsep ilahiyah yang penjabarannya telah dicontohkan melalui sunnah nabi Muhammad SAW.
Meningkatnya para pengobatan Bekam yang lahir atas dasar kesadaran untuk membantu sesama ini perlu memperoleh dukungan, pembinaan dan perlindungan serta pengawasan sehingga jangan sampai niat yang suci ini menjadi malapetaka buat sipembekam (penterapy) ataupun yang dibekam (pasien), untuk itulah perlu adanya standarisasi dalam methode pembekaman yang kita sebut dengan Standar Pelayanan Operasional Bekam ( SPOB ). Buku ini disusun untuk menjadi panduan anggota ABI dimanapun berada sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi terarah dan dapat meminimize tingkat resiko. Semoga ALLAH SWT membimbing dan melindungi kita semua, mari satukan langkah dan lurusakan niat untuk satu tujuan yaitu Mardhotillah.. untuk mengharapkan keridho-NYA… Amiiin!